Thursday, October 8, 2015

TUGAS BULAN 1 (Peran & Fungsi Bahasa Indonesia, Ragam Bahasa, EYD dan Tanda Baca)

MAKALAH

TUGAS 1
Peran & Fungsi Bahasa Indonesia
Ragam Bahasa
EYD dan Tanda Baca





Nama          :         Muhammad Ghifary
NPM :         15113939





UNIVERSITAS GUNADARMA
TAHUN 2015/2016

Kata Pengantar


Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Fungsi Dan Kedudukan Bahasa Indonesia ini dengan baik meskipun terdapat banyak kekurangannya didalam.
Makalah ini berisi tentang arti penting bahasa, fungsi bahasa secara umum dan lain-lain. Makalah ini kami sajikan secara ringkas, mudah dibaca serta mudah untuk dipahami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Fungsi Dan Kedudukan Bahasa Indonesia, kami juga menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki makalah kami dimasa depan.



Depok, Oktober 2015
                                                                                             Penyusun
              
                                                                                   
Muhammad Ghifary
PEMBAHASAN

ARTI PENTING BAHASA

Manusia tidak dapat lepas dari bahasa. Terbukti penggunaannya untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari, tentu ada peran bahasa untuk saling menyampaikan sebuah maksud. Tak hanya dalam bentuk lisan, tetapi bahasa juga digunakan dalam bentuk tulisan.
Pemikiran seseorang tentu lebih mendapat pengakuan ketika sudah “dituliskan” sehingga orang lain yang membaca mengetahui apa yang akan disampaikan oleh seorang penulis. Pada dasarnya semua kegiatan manusia sangat berkaitan dengan bahasa. Mulai dari bercakap-cakap dengan teman, kegiatan formal seperti sekolah, kuliah hingga dalam pekerjaan. Filsafat juga tidak lepas dari bahasa. Banyak orang filsuf justru mengawali pemikirannya dari problem sebuah bahasa. Selain itu, Bahasa ternyata tidak hanya mencakup bagaimana seseorang berkomunikasi dengan orang lain, tetapi juga dapat menjadi hal yang kompleks. Sebuah perjanjian antar negara juga menggunakan bahasa yang disepakati pihak-pihak yang terkait agar tercapai kesepakatan. Tanda-tanda yang hadir dalam kehidupan kita sehari-hari juga bagian dari bahasa. Contoh, rambu-rambu lalu lintas tentu akan sangat tidak efisien jika dituliskan dalam bentuk huruf.
Salah satu peranan bahasa yaitu sebagai alat komunikasi “lingual” manusia, baik secara lisan maupun tertulis. Ini adalah fungsi dasar bahasa yang tidak dihubungkan dengan status dan nilai-nilai sosial. Setelah dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari, yang di dalamnya selalu ada nilai-nilai dan status, bahasa tidak dapat ditinggalkan.

Fungsi Bahasa Secara Umum
Fungsi umum dari bahas yaitu sebagai alat komunikasi sosial. Aktivitas manusia sebagai anggota masyarakat sangat bergantung dengan penggunaan bahasa. Gagasan, ide, pikiran, harapan dan keinginan disalurkan melalui bahasa.
Selain fungsi bahasa diatas, bahasa merupakan tanda sosok kepribadian manusia. Dengan bahasa, maka kita bisa memahami karakter, keinginan, motif, latar belakang pendidikan, kehidupan sosial, pergaulan dan adat istiadat manusia.
Dapat disimpulkan fungsi bahasa sebagai berikut:

1.       Bahasa sebagai Alat Ekspresi Diri
Semenjak dilahirkan, seorang anak menggunakan bahasa untuk mengekspresikan
kehendaknya atau perasaannya pada sasaran yang tetap, yakni ayah-ibunya. Dalam perkembangan seorang anak, ia tidak lagi menggunakan bahasa hanya untuk mengekspresikan kehendak dirinya, tetapi juga untuk berkomunikasi dengan lingkungan sekitar. Setelah kita dewasa, kita menggunakan bahasa, baik untuk mengekspresikan diri maupun untuk berkomunikasi sosial.
Pada saat menggunakan bahasa sebagai alat untuk mengekspresikan diri, pemakai bahasa tidak perlu memperhatikan siapa yang menjadi pendengarnya atau pembacanya. Ia menggunakan bahasa untuk kepentingan dirinya. Fungsi tersebut berbeda dari fungsi berikutnya, yakni bahasa sebagai alat berkomunikasi.
            Unsur-unsur yang mendorong ekspresi diri yakni :
-         untuk menarik perhatian orang lain terhadap kita,
-         keinginan untuk membebaskan diri dari semua tekanan emosi

2.      Bahasa sebagai Alat Komunikasi
            Pada saat kita menggunakan bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi, kita sudah memiliki tujuan tertentu. Kita ingin agar oleh orang lain memahami apa yang kita maksud. Kita ingin menyampaikan gagasan yang dapat diterima oleh orang lain. Ingin membuat orang lain yakin terhadap pandangan kita, Ingin mempengaruhi orang lain. Dan yang lebih jauh, kita ingin orang lain membeli hasil pemikiran kita.
Bahasa sebagai alat ekspresi diri dan sebagai alat komunikasi sekaligus menjadi alat untuk menunjukkan identitas kita. Melalui bahasa, kita dapat menunjukkan asal usul bangsa dan negara kita, pendidikan, bahkan sifat kita.
3.      Bahasa sebagai Alat Integrasi dan Adaptasi Sosial
            Selain berfungsi untuk alat komunikasi, bahasa juga berfungsi sebagai alat integrasi dan adaptasi sosial. Pada saat kita beradaptasi terhadap lingkungan sosial, kita akan menggunakan bahasa yang akan digunakan tergantung pada situasi dan kondisi yang kita hadapi. Kita akan menggunakan bahasa yang berbeda pada orang yang berbeda. Pada saat kita bersama teman-teman, kita menggunakan bahasa nonstandar sedangkan pada orang tua maupun orang yang kita hormati, kita menggunakan bahasa standar.

4.      Bahasa sebagai Alat Kontrol Sosial
Sebagai alat kontrol sosial, bahasa sangatlah efektif. Kontrol sosial ini dapat diterapkan dalam diri kita sendiri maupun kepada masyarakat. Berbagai penerangan, informasi, maupun pendidikan disampaikan melalui bahasa. Buku-buku pelajaran dan buku-buku instruksi merupakan salah satu contoh penggunaan bahasa sebagai alat kontrol sosial.
Yang lebih jauh lagi, politik merupakan alat kontrol social juga. Serta iklan layanan masyarakat atau layanan sosial juga merupakan salah satu wujud penerapan bahasa sebagai alat kontrol sosial.

PERISTIWA PENTING PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA
Sejarah

Bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu, sebuah bahasa Austronesia yang digunakan sebagai lingua franca di Nusantara sejak abad-abad awal. Bentuk bahasa sehari-hari ini sering dinamakan dengan istilah Melayu Pasar. Jenis bahasa ini sangatlah lentur sebab sangat mudah dipahami dan ekspresif, dengan toleransi kesalahan yang amat besar dan mudah menyerap istilah lain dari berbagai bahasa yang digunakan oleh penggunanya.

Bentuk yang lebih resmi, disebut Melayu Tinggi, pada masa lalu bahasa tersebut digunakan oleh kalangan keluarga kerajaan di sekitar Sumatera, Malaya, dan Jawa. Bentuk bahasa ini sangat sulit karena penggunaannya sangat halus, penuh sindiran, dan tidak seekspresif Bahasa Melayu Pasar.

Pemerintah kolonial Belanda yang menganggap kelenturan Melayu Pasar mengancam keberadaan bahasa dan budaya Belanda berusaha meredamnya dengan mempromosikan Bahasa Melayu Tinggi, di antaranya dengan penerbitan karya sastra dalam Bahasa Melayu Tinggi oleh Balai Pustaka. Tetapi Bahasa Melayu Pasar sudah telanjur diterapkan oleh para pedagang yang melewati Indonesia.
Bahasa Indonesia
Bahasa Melayu di Indonesia kemudian digunakan sebagai lingua franca (bahasa pergaulan), namun pada saat itu belum banyak yang menggunakan ini sebagai bahasa ibu. Biasanya mereka masih digunakan bahasa daerah (yang jumlahnya bisa sampai sebanyak 360).

Awal penciptaan Bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa bermula dari Sumpah Pemuda. Di sana, pada Kongres Nasional kedua di Jakarta, dicanangkan penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional untuk negara Indonesia pascakemerdekaan. Soekarno tidak memilih bahasanya sendiri, Jawa (yang sebenarnya juga bahasa mayoritas pada saat itu), namun beliau memilih Bahasa Indonesia yang beliau dasarkan dari Bahasa Melayu yang dituturkan di Riau.
Peristiwa-peristiwa penting yang berkaitan dengan perkembangan bahasa Melayu/ Indonesia
1. Tahun 1908 pemerintah kolonial mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku bacaan yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat), kemudian tahun 1917 diubah namanya menjadi Balai Pustaka. Badan penerbit ini menerbitkan berbagai macam novel, seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun memelihara kesehatan, yang tidak sedikit membantu penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas.
2.Tanggal 16 Juni 1927 Jahja Datoek Kajo menggunakan bahasa Indonesia dalam pidatonya.
Hal ini untuk pertamakalinya dalam sidang Volksraad, seseorang berpidato menggunakan bahasa Indonesia.
3.Tanggal 28 Oktober 1928 secara resmi Muhammad Yamin mengusulkan agar bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan Indonesia.
4.Tahun 1933 berdiri sebuah angkatan sastrawan muda yang menamakan dirinya sebagai Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisyahbana.
5.Tahun 1936 Sutan Takdir Alisyahbana menyusun Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia.
6.Tanggal 25-28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo. Dari hasil kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan Indonesia saat itu.
7.Tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang-Undang Dasar 1945, yang salah satu pasalnya (Pasal 36) menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.
8.Tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan ejaan Republik sebagai pengganti ejaan Van Ophuijsen yang berlaku sebelumnya.
9.Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1954 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia II di Medan. Kongres ini merupakan perwujudan tekad bangsa Indonesia untuk terus-menerus menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat sebagai bahasa kebangsaan dan ditetapkan sebagai bahasa negara.
10.Tanggal 16 Agustus 1972 H. M. Soeharto, Presiden Republik Indonesia, meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) melalui pidato kenegaraan di hadapan sidang DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972.
11.Tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi berlaku di seluruh wilayah Indonesia (Wawasan Nusantara).
12.Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1978 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia III di Jakarta. Kongres yang diadakan dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda yang ke-50 ini selain memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan bahasa Indonesia sejak tahun 1928, juga berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.
13.Tanggal 21-26 November 1983 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia IV di Jakarta. Kongres ini diselenggarakan dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda yang ke-55. Dalam putusannya disebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan sehingga amanat yang tercantum di dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara, yang mewajibkan kepada semua warga negara Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, dapat tercapai semaksimal mungkin.
14.Tanggal 28 Oktober s.d 3 November 1988 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia V di Jakarta. Kongres ini dihadiri oleh kira-kira tujuh ratus pakar bahasa Indonesia dari seluruh Indonesia dan peserta tamu dari negara sahabat. Kongres itu ditandatangani dengan dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa kepada pencinta bahasa di Nusantara, yakni Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
15.Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1993 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VI di Jakarta. Pesertanya sebanyak 770 pakar bahasa dari Indonesia dan 53 peserta tamu dari mancanegara. Kongres mengusulkan agar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga Bahasa Indonesia, serta mengusulkan disusunnya Undang-Undang Bahasa Indonesia.
16.Tanggal 26-30 Oktober 1998 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VII di Hotel Indonesia, Jakarta. Kongres itu mengusulkan dibentuknya Badan Pertimbangan Bahasa.

 

KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA

1.      Sebagai Bahasa Nasional
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional diperoleh sejak awal kelahirannya, yaitu tanggal 28 Oktober 1928 dalam Sumpah Pemuda. Bahasa Indonesia dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional dan juga mempunyai fungsi sebagai. Lambang jati diri (identitas). Lambang kebanggaan bangsa serta sebagai alat penghubung antarbudaya dan antardaerah

2.      Sebagai Bahasa Resmi/Negara
Kedudukan bahasa Indonesia yang kedua adalah sebagai bahasa resmi/negara; kedudukan ini mempunyai dasar yuridis konstitusional, yakni Bab XV pasal 36 UUD 1945. Dalam kedudukannya sebagai bahasa resmi/negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai berikut. Bahasa resmi negara . Bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan. Bahasa resmi dalam perhubungan tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan.

FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN RAGAM BAHASA
Pengertian ragam bahasa
     Ragam bahasa adalah beraneka ragam bahasa yang cara pemakaianya berbeda-beda menurut topik yang akan dibicarakan menurut hubungan pembicara, kawan bicara, serta orang yang sedang dibicarakan.
Ada banyak hal yang dapat menyebabkan keragaman suatu bahasa, berikut penjelasannya :

1. Faktor Usia
Terlihat perbedaan antara cara bicara anak-anak kecil, para remaja, dan orang tua. Pada masa anak-anak masih terdapat tata bahasa yang berantakan, dan masih sangat sederhana. Pada remaja umumnya menggunakan bahasa gaul. Sedangkan pada orang dewasa tata bahasanya sudah lebih rapih dan sopan meskipun bahasa yang digunakan tidak formal.
2. Faktor Gender
Berdasarkan penelitian, diperoleh bahwa perbedaan gender (pria/wanita) dapat mempengaruhi perbedaan pada fonologis, gramatikal, dan sintaksis/morfologis bahasa. Contohnya ketika bapak-bapak berkumpul dan mulai berbincang di perbandingkan saat ibu-ibu yang berkumpul.
3. Faktor Tingkat Pendidikan
Misalnya, orang yang hanya mengenyam pendidikan hingga SD akan berbeda tata bahasanya dengan orang yang mengenyam pendidikan hingga sarjana, disebabkan oleh perbedaan pengetahuan serta wawasan yang dimiliki.

MACAM-MACAM RAGAM BAHASA

1.      Ragam bahasa sastra adalah aneka ragam bahasa yang banyak menggunakan kalimat tidak efektif. Penggambaran yang sejelas-jelasnya melalui rangkaian kata bermakna konotasi sering dipakai dalam ragam bahasa sastra. Hal ini dilakukan agar tercipta pencitraan di dalam imajinasi pembaca.
Ciri-ciri ragam bahasa sastra antara lain :
·                Menggunakan kalimat yang tidak efektif,
·                menggunakan kalimat yang tidak baku, dan
·                adanya rangkaian kata yang bermakna konotasi.


2.      Ragam bahasa ilmiah merupakan ragam bahasa berdasarkan pengelompokkan menurut jenis pemakaiannya dalam bidang kegiatan sesuai dengan sifat keilmuannya.4 Ragam bahasa ilmiah bisa juga diartikan sebagai sarana verbal yang efektif, efesien, baik, dan benar. Ragam tersebut lazim digunakan untuk mengomunikasikan proses kegiatan dan hasil penalaran ilmiah, contohnya dalam penulisan proposal kegiatan ilmiah, proposal penelitian

PENGGUNAAN BAHASA SESUAI DENGAN SITUASI DAN KONDISINYA

Penggunaaan bahasa yang benar adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa baku, baik kaidah bahasa baku tertulis ataupun bahasa baku lisan

EJAAN DAN KAIDAH TATA TULIS

1.1 Pengertian Tata Tulis (Ejaan)
Pengertian ejaan dapat kita tinjau dari dua segi, yaitu segi khusus dan segi umum. Ejaan dapat diartikan sebagai lambang bunyi bahasa dengan huruf, baik huruf demi huruf maupun berupa huruf yang telah menjadi kalimat dan sebagainya. Ada pengertian ejaan dari beberapa tokoh :
1.      Wirjosoedarmo (1984: 61) Berpendapat bahwa ejaan aturan menuliskan bunyi ucapan dalam bahasa dengan tanda-tanda atau lambang-lambang.
2.      Keraf (1984: 47) berpendapat bahwan ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana  menggambarkan lambang-larnbang bunyi-ujaran dan bagaimana inter-relasi antara lambang-lambang itu (pemisahannya, penggabungannya) dalam suatu bahasa.
1.2 Kaidah Tata Tulis
Kaidah bahasa merupakan sebuah aturan dalam pemakaian bahasa agar bahasa itu terpelihara dalam perkembangannya. Dalam berbahasa, kita wajib untuk mengikuti kaidah yang sudah ditentukan sehingga bahasa kita menjadi terpelihara, sesuai dengan kaidah.
Kaidah tata tulis terdiri dari :
-          Pemakaian huruf
-          Penulisan huruf
-          Penulisan kata
-          Pungtuasi (tanda baca)
PENGGUNAAN HURUF KAPITAL, HURUF MIRING, PEMENGGALAN KATA SECARA ORTOGRAFIS, PENULISAN KATA, ISTILAH, KATA DEPAN, DAN UNSUR SERAPAN, PENULISAN ANGKA DAN PENGGUNAAN TANDA BACA.
Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring
1.      Huruf Besar/Kapital
Huruf Kapital digunakan untuk :
a.       Sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. 
b.      Sebagai huruf pertama kata yang berkenaan dengan agama.
c.       Sebagai huruf pertama pada petikan langsung.
d.      Sebagai huruf pertama yang menyatakan gelar kehormatan , gelar keagamaan , gelar keturunan , yang diikuti dengan nama orang.
e.       Sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
f.       Sebagai huruf pertama kata yang menyatakan nama bangsa, nama suku, atau nama bahasa.
g.      Sebagai huruf pertama tahun, nama bulan, nama hari, nama hari raya, dan nama peristiwa sejarah.

2.      Huruf Miring

Huruf Miring dapat digunakan untuk :
a.       Menuliskan judul buku, nama majalah, dan nama surat kabar yang terdapat dalam teks.
b.      Menegaskan atau mengkhususkan huruf, kata, atau kelompok kata di dalam suatu teks.
c.       Menuliskan nama ilmiah, ungkapan, kata, atau istilah asing/daerah.

3.      Pemenggalan Kata Secara Ortografis

Pemenggalan kata dasar, baik kata Indonesia maupun kata serapan, yang dilakukan dengan berpegangan pada prinsip otografis.

Perinciannya adalah sebagai berikut:
Pemenggalan kata yang mengandung huruf-huruf vokal yang berurutan di tengahnya dilakukan di antara keda huruf vokal itu.
Contoh:
Bu.ah
Ma.in
Sa.at
i.de.al
ne.on
ka.ul
zo.o.lo.gi

4.      Istilah
Pengertian Istilah adalah kata atau gabungan kata yang cermat mengungkapkan sebuah makna, konsep proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu. Ada dua macam istilah: pertama istilah khusus dan yang kedua istilah umum. Istilah khusus adalah kata yang pemakaiannya serta maknanya terbatas pada suatu bidang tertentu, misalnya cakar ayam (bangunan), agregat (ekonomi); sedangkan istilah umum yaitu kata yang menjadi unsur bahasa umum. contohnya: ambil alih, kecerdasan, dan tepat guna merupakan istilah umum.

Tanda Baca & Penulisan Angka

A. Tanda Titik (.)

1.      Tanda titik dipakai pada akhir sebuah kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Contohnya:
Ayahku tinggal di Solo.
Biarlah mereka duduk di sana.

2.      Tanda titik dipakai di belakang angka maupun huruf dalam suatu bagan, daftar, serta ikhtisar.
Contohnya:
a. III. Departemen Pendidikan Nasional
A. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
B. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
1. Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini
2. ...
b. 1. Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik
2. Patokan Khusus
2.1 ...
2.2 ...

3.      Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
Contohnya:
pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1, 35 menit, 20 detik)
Catatan:
Penulisan waktu menggunakan angka dapat mengikuti salah satu cara berikut.
(a)    Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 12 dapat dilengkapi dengan keterangan pagi, siang, sore, atau malam.
Misalnya:
pukul 9.00 pagi
pukul 8.00 malam
(b)   Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 24 tidak memerlukan keterangan pagi, siang, atau malam.
Misalnya:
pukul 00.45
pukul 22.00

4.      Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu.
Contohnya:  
1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
0.0.30 jam (30 detik)
5.   Tanda titik dipakai pada daftar pustaka di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya maupun tanda seru, serta tempat terbit.
Misalnya:
Alwi, Hasan, Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, dan Anton Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka.

6.   Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan jumlah.
Contohnya:
Penduduk Jakarta lebih dari 11.000.000 orang.
Jumlah pengungsi itu 24.000 orang.
Catatan:
(a)    Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Dia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
(b)   Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Misalnya:
Acara Kunjungan Menteri Pendidikan Nasional
(c)    Tanda titik tidak dipakai di belakang (a) nama dan alamat penerima surat, (b) nama dan alamat pengirim surat, dan (c) di belakang tanggal surat.
Misalnya:

Yth. Kepala Kantor Jaringan Kabel
Jalan Menteng 39
Jakarta




Yth. Sdr. Moh. Yasin
Jalan Rahmad 52
Makassar
21 April 2008

B. Tanda Koma (,)
1. Tanda koma dipakai di antara unsur unsur dalam suatu perinciaan atau pembilangan.
Contohnya:
Saya membeli karton, plastik, dan pulpen.
Satu, dua, ... tiga!

2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan sebuah kalimat setara satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului dengan kata seperti sedangkan, kecuali, tetapi dan melainkan.
Contohnya:
Saya akan membeli buku-buku novel, tetapi kamu yang memilihnya.
Ini bukan jam saya, melainkan jam ayah saya.
Dia senang membaca novel, sedangkan adiknya suka membaca komik
Semua murid harus hadir, kecuali yang berada di luar kota.

3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Contohnya:
Agar memiliki wawasan yang luas, kita harus banyak membaca buku.

4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu.
Contohnya:
Murid itu rajin dan gigih. Oleh karena itu, dia memperoleh beasiswa belajar di luar negeri.

5.      Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seru, seperti o, wah, ya, aduh, dan kasihan, atau kata-kata yang digunakan sebagai sapaan, seperti Bu, Mas, atau Dik dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat.

Contohnya:
Wah, luar biasa!
Bu, kapan pulang?
Mengapa kamu diam, Dik?

6.      Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Contohnya:
Kata Ibu, "Saya gembira sekali."
"Saya gembira sekali," kata Ibu, "karena lulus ujian."

7.      Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
Contohnya:
"Di mana Saudara tinggal?" tanya Pak Guru.
"Masuk ke kelas sekarang!" perintahnya.

8.      Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Contohnya:
Sdr. Ronald, Jalan Pajajaran 16, Bandung
Dekan Fakultas Teknik, Universitas Padjajaran, Jalan Raya Bandung Sumedang Km. 21, Bandung
Surabaya, 10 Mei 1960
Tokyo, Jepang.

9.      Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Contohnya:
Sugono, Dendy. 2009. Mahir Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

10.  Tanda koma dipakai antara bagian dalam catatan kaki ataupun catatan akhir.
Contohnya:
Hilman, Hadikusuma, Ensiklopedi Hukum Adat dan Adat Budaya Indonesia (Bandung: Alumni, 1977), hlm. 12.

11.       Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Contohnya:
B. Ratulangi, S.E.
Ny. Khadijah, M.A.

12.  Tanda koma dipakai di muka angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Contohnya:
27,3 kg
Rp750,00

13.  Tanda koma dipakai untuk mengapit sebuah keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Contohnya:  
Dosen saya, Bu Nur, pintar sekali.

14.  Tanda koma dapat dipakai–untuk menghindari salah baca/salah pengertian–di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Contohnya:
Dalam pengembangan bahasa, kita dapat memanfaatkan bahasa-bahasa di kawasan nusantara ini.
Atas perhatian Saudara, kami ucapan terima kasih.
Bandingkan dengan:
Kita dapat memanfaatkan bahasa-bahasa di kawasan nusantara ini dalam
pengembangan kosakata.
Kami ucapkan terima kasih atas perhatian Saudara.

C. Tanda Titik Koma (;)

1. Tanda titik koma dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk setara.

Contohnya:
Hari sudah malam; anak anak masih membaca buku buku yang baru dibeli ayahnya.
Ayah mengurus tanaman di kebun; Ibu menulis makalah di ruang kerjanya;
2. Tanda titik koma digunakan untuk mengakhiri pernyataan perincian dalam kalimat yang berupa frasa atau kelompok kata. Dalam hubungan itu, sebelum perincian terakhir tidak perlu digunakan kata dan.
Contohnya:
Syarat syarat penerimaan pegawai negeri sipil di lembaga ini:
(1)        berkewarganegaraan Indonesia;
(2)        berijazah sarjana S1 sekurang-kurangnya;
(3)        berbadan sehat;
(4)        bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3. Tanda titik koma fungsinya untuk memisahkan dua kalimat setara atau lebih apabila unsur-unsur setiap bagian itu dipisah oleh tanda baca dan kata hubung.

Contohnya:
Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaos; pisang, apel, dan jeruk.
Agenda rapat ini meliputi pemilihan ketua, sekretaris, dan bendahara; penyusunan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan program kerja; pendataan anggota, dokumentasi, dan aset organisasi.

D. Tanda Titik Dua (:)
1.         Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti rangkaian atau pemberian.
Contohnya:
Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: meja, kursi, dan lemari.
Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan: hidup atau mati.
2.         Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
a.       Ketua        :          Budi Ramdan
b.      Sekretaris  :          Edgar
c.       Bendahara :          Vania Siregar


Berikut ini adalah beberapa teknik penulisan angka dalam bahasa Indonesia:

1. Penulisan angka ataupun bilangan dalam awal kalimat harus ditulis dalam bentuk kata. Jika kata yang menyebut angka tersebut melebihi dari dua kata, bilangan atau angka tersebut harus tetap ditulis dalam bentuk angka dengan cara pengubahan pada susunan kalimat. Contohnya seperti berikut:

Dua puluh tenaga kerja Indonesia (TKI) diberangkatkan ke Arab Saudi,
Ketua RW mengajak 235 orang warga bergotong-royong
Contoh kedua menunjukkan penulisan angka yang lebih dari tiga kata. Kalimat tersebut tidak boleh disusun dalam bentuk: “235 orang warga diajak kepala RW bergotong-royong”.

2. Bilangan dapat dinyatakan dalam kata kecuali menujukkan deret jumlah tertentu. Perhatikan contoh berikut ini:

Saya membeli dua buah buku
Ibu membawakan para tetangga lima ratus baju baru saat pulang haji
Saat pemilihan ketua RT, 20 suara dinyatakan tidak sah, 50 suara memilih Somat dan 60 suara lainnya memilih Jufri.
Rian menerima kiriman paket yang berisi 20 buku tulis, 35 pensil dan 20 rautan pensil.

DAFTAR PUSTAKA

http://ariefsukajaya.blogspot.co.id/2009/08/pentingnya-bahasa-dalam-kehdupan.html
https://idadwiw.wordpress.com/2012/10/07/pentingnya-bahasa-indonesia-dalam-kehidupan-bernegara/
http://nadaaviana95.blogspot.co.id/2014/09/fungsi-bahasa-secara-umum.html
http://www.pulsk.com/68888
http://myanotes.blogspot.co.id/2009/10/perkembangan-bahasa-indonesia.html
http://coretanwnh.blogspot.co.id/2013/09/sejarah-fungsi-dan-kedudukan-bahasa.html
http://yonagandys.blogspot.co.id/2012/10/ragam-bahasa.html
http://hanumskamyta.blogspot.co.id/2012/10/pengertian-dan-macam-macam-ragam-bahasa.html
http://www.academia.edu/9746007/TATA_TULIS_EJAAN_
http://tataaramadhani.blogspot.co.id/2011/04/ejaan-yang-disempurnakan-eyd.html
http://inndori.blogspot.co.id/2013/06/bahasa-indonesia-pemenggalan-kata.html

http://ridwanaz.com/umum/bahasa/pengertian-istilah/
http://ensiklo.com/2014/09/panduan-penulisan-angka-dalam-bahasa-indonesia/



No comments:

Post a Comment