Friday, December 25, 2015

TUGAS BULAN 3 (Perencanaan Penulisan Karangan Ilmiah, Kerangka Karangan)



MAKALAH
TUGAS 3


Perencanaan Penulisan Karangan Ilmiah
Kerangka Karangan




NAMA : MUHAMMAD GHIFARY               
KELAS : 3KA17







UNIVERSITAS GUNADARMA
TAHUN 2015/2016
Kata Pengantar


Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik meskipun terdapat banyak kekurangannya pada makalah ini.
Makalah ini berisi tentang Perencanaan Penulisan Karangan Ilmiha & Kerangka Karangan. Makalah ini kami sajikan secara ringkas, mudah dibaca & mudah untuk dipahami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita, kami juga menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah tersebut terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami berharap adanya kritik & saran demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki makalah kami dimasa depan.






                                                                                                                                Depok, Desember 2015
                                                                                                                                Penyusun

                                                                                   
                                                                                                                                Muhammad Ghifary
Perencanaan Penulisan Karangan Ilmiah

Ciri-ciri khusus karya ilmiah sebagai berikut :
- Logis, yaitu segala keterangan yang disajikan dapat diterima akal sehat.
- Sistematis, yaitu segala yang dikemukakan disusun dalam urutan yang berkesinambungan.
- Objektif, yaitu disajikan apa adanya.
- Tuntas, yaitu semua masalah dikupas secara terperinci dan lengkap.
- Kebenaranya dapat diuji.
- Berlaku umum bagi semua populasi.
- Memakai bahasa yang baku sesuai kaidah bahasa.
Untuk menghasilkan sebuah karya ilmiah yang bagus, seorang penulis harus terlebih dahulu merencanakannya dengan matang, beberapa langkah dalam perencanaan penulisan ilmiah :

A. Pemilihan Topik
Pemilihan topik merupakan hal yang sangat penting pada penulisan ilmiah, karena pada pemilihan topik menentukan batasan-batasan isi atau permasalahan yang akan dibahas selanjutnya. Dalam memilih topik karya ilmiah, terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan :
1. Topik sebaiknya dicari yang sesuai dengan bidang karena masalah itu yang paling dikuasai.
2. Cermati bagaimana isi dari tulisan-tulisan itu: gagasan, pengembangan dan pengorganisasian gagasan dan bahasa.
3. Topik sebaiknya dicari yang sesuai dengan bidang karena masalah itu yang paling dikuasai.
4. Topik yang dipilih hendaknya menarik untuk dikaji.
5. Topik jangan terlalu luas dan terlalu sempit.
6. Topik yang dikaji hendaknya ada manfaatnya untuk menambah ilmu pengetahuan atau berkaitan.

B. Pembatasan Topik
Bagi penulis harus bisa membatasi topik yang akan dibuat oleh penulis tersebut. karena harus sangat yakin bahwa jenis topik yang dipilihnya cukup dan terbatas sebab saat membuat jenis topik yang akan dibuatnya apakah sudah ada atau belum sehingga topik yang dibuatnya dapat terfokus.

C. Pemilihan Judul
Dimana akan menggambarkan tingkat kedalaman dan cakupan dari sebuah penelitian yang akan dibahas.

D. Menentukan Tujuan Penulisan
Istilah untuk menetapkan tujuan dari penulisan yaitu menyampaikan maksud dari gagasan penulisan atau penelitian yang akan di buat, sehingga pembaca dapat mengetahui manfaat yang diperoleh dari isi tersebut.

E. Menentukan Kerangka Karangan
Penulisan akan lebih terarah dan sesuai dengan tujuan dibuatnya karangan ilmiah tersebut, Kerangka akan membuat supaya tidak melenceng terlalu jauh lagi sehingga kerangka merupakan suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari suatu tulisan. Disusun dengan cara sistematis, logis, jelas, terstruktur dan teratur.
fungsi dari kerangka karangan itu:
* untuk menjamin penulisan bersifat konseptual, menyeluruh, dan terarah.
* kerangka karangan membantu penulis untuk melihat gagasan-gagasan tulisan dalam sekilas pandang.
* memudahkan penulis menciptakan puncak klimaks yang berbeda-beda.
* menghindari penggarapan topik dua kali atau lebih.
* dengan mempergunakan rincian-rincian dalam kerangka karangkan, penulis lebih mudah untuk mengembangkan apa yang ingin dijabarkan.

F. Langkah-Langkah Penulisan Ilmiah
Metode penelitian dan pengembangan menulis karya ilmiah merupakan suatu cara dengan pelaksanaan secara sistematis dan objektif yang mengikuti aturan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Melakukan observasi dan menetapkan masalah dan tujuan.
“Langkah awal dalam penulisan ilmiah yaitu melakukan pengamatan atas objek yang diteliti dan menetapkan masalah dan tujuan yang akan diteliti.”

2. Menyusun hipotesis.
“Dugaan-dugaan yang menjadi penyebab dari objek penelitian.”

3. Menyusun rancangan penelitian.

4. Melaksanakan percobaab berdasarkan metode yang direncanakan.
“Kegiatan nyata dari proses penelitian dalam bentuk uji percobaan terkait penelitian yang dilakukan.”

5. Melaksanakan pengamatan dan pengumpulan data.

6. Menganalisis dan menginterprrestasikan data.
“Menjelaskan segala kondisi yang terjadi pada saat pengamatan atau penelitian.”

7. Merumuskan kesimpulan.
“Menarik kesimpulan dari semua proses percobaan, pengamatan, penganalisaan dan penginterprestasian terhadap objek penelitian.”

8. Melaporkan hasil penelitian.
“Merupakan proses yang telah menyusun sebuah karya tulis ilmiah yang akan memberikan manfaat bagi pembaca.”


Kerangka Karangan
Kerangka karangan adalah rencana penulisan yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan ditulis, dan merupakan rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur. Kerangka karangan dibuat untuk mempermudah penulisan agar tetap terarah dan tidak keluar dari topik atau tema yang dituju. Pembuatan kerangka karangan ini sangat penting, agar tulisan tidak kaku dan penulis tidak bingung dalam melanjutkan tulisannya.

Manfaat Kerangka Karangan
Manfaat Kerangka Karangan :
1. Untuk menyusun karangan secara teratur.
2. Mempermudah pembahasan tulisan.
3. Menghindari isi tulisan keluar dari tujuan awal.
4. Menghindari penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih.
5. Memudahkan penulis mencari materi tambahan
6. Menjamin penulis bersifat konseptual, menyeluruh, dan terarah.
7. Memudahkan penulis mencapai klimaks yang berbeda-beda.
Dengan adanya kerangka karangan, penulis bisa langsung menyusun tulisannya sesuai butir-butir bahasan yang ada dalam kerangka karangannya. Kerangka karangan merupakan miniatur dari sebuah karangan. Dalam bentuk ini, karangan tersebut dapat diteliti, dianalisi, dan dipertimbangkan secara menyeluruh.

Syarat-syarat Kerangka Karangan
Syarat kerangka karangan yang baik :
1. Pengungkapan maksudnya harus jelas.
2. Tiap unit dalam kerangka karangan hanya mengandung satu gagasan.
3. Pokok-pokok dalam kerangka karangan harus disusun secara logis.
4. Harus menggunakan pasangan simbol yang konsisten.

Cara Membuat Kerangka Karangan
1. Merumuskan tema dan menetukan judul suatu karangan

Sebelum membuat karangan, tentukanlah dahulu tema karangan yang akan dibuat. Tema ini yang akan mempengaruhi seluruh isi dari karangan yang akan dibuat. Pilihlah tema-tema yang sedang hangat atau tema yang menjadi kesenangan Anda.

2. Mengumpulkan bahan

Setelah mendapatkan tema, yang harus dilakukan adalah mengumpulkan bahan pendukung yang berupa topik-topik yang berhubungan dengan tema untuk dikembangkan menjadi sebuah karangan. Topik-topik tersebut antara lain, pengertian, tujuan, jenis, contoh, dan lain-lain.

3. Menseleksi bahan

Setelah mendapatkan topik, seleksilah topik-topik tersebut yang sesuai dengan tema karangan dan penting.

4. Mengembangkan kerangka karangan

Jika sudah mendapatkan tema, judul dan topik, buatlah karangan yang utuh dengan cara mengembangkan kerangka karangan yang telah dibuat.
Contoh Kerangka Karangan
1. Tema    : Kesehatan
Judul    : Manfaat Tidur Cukup Bagi Kesehatan

2. Definisi
2.1 Pengertian tidur cukup

3. Dampak Kurang tidur
3.1 Kurang tidur dapat menyebabkan tergangunya konsentarsi
3.2 Kurang tidur mudah terserang penyakit
3.3 Kurang tidur dapat mempengaruhi emosi

4. Manfaat tidur cukup
4.1 Meningkatkan konsentrasi
4.2 Meningkatkan daya tahan tubuh
4.3 Meningkatkan energi

5. Tips agar tidur nyenyak
5.1 Berolahraga
5.2 Membuat jadwal tidur
5.3 Jangan mengkonsumsi makanan berat sebelum tidur

DAFTAR PUSTAKA


Thursday, November 19, 2015

Tugas Bulan 2 (Pilihan Kata (Diksi) Kalimat Efektif Alinea)



MAKALAH
TUGAS 2
Pilihan Kata (Diksi)
Kalimat Efektif
Alinea






NAMA                  : MUHAMMAD GHIFARY
                                NPM                      : 3KA17




UNIVERSITAS GUNADARMA
TAHUN 2015/2016




 
Kata Pengantar


Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Fungsi Dan Kedudukan Bahasa Indonesia ini dengan baik meskipun terdapat banyak kekurangannya didalam.
Makalah ini berisi tentang arti penting bahasa, fungsi bahasa secara umum dan lain-lain. Makalah ini kami sajikan secara ringkas, mudah dibaca serta mudah untuk dipahami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Fungsi Dan Kedudukan Bahasa Indonesia, kami juga menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki makalah kami dimasa depan.








Depok, Oktober 2015
     Penyusun
             
                                                                                   
Muhammad Ghifary





PEMBAHASAN

PILIHAN KATA(DIKSI)
Diksi bisa diartikan sebagai pilihan kata pengarang untuk menggambarkan sebuah cerita. Diksi bukan hanya berarti pilih memilih kata melainkan digunakan untuk menyatakan gagasan atau menceritakan peristiwa tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan-ungkapan dan sebagainya. Gaya bahasa sebagai bagian dari diksi yang bertalian dengan ungkapan-unkapan individu atau karakteristik, atau memiliki nilai artistik yang tinggi.
Diksi dalam arti aslinya dan pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara. Arti kedua “diksi” yang lebih umum digambarkan dengan enunsiasi kata seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan pengucapan dan intonasi daripada pemilihan kata dan gaya.
• Pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata – kata mana yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata – kata yang tepat atau menggunakan ungkapan – ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.

• Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa – nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.

• Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasa sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud pembendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki suatu bahasa.
Fungsi dari diksi antara lain :

1.         Membuat pembaca atau pendengar mengerti secara benar dan tidak salah paham terhadap apa yang disampaikan oleh pembicara atau penulis.
2.       Untuk mencapai target komunikasi yang efektif.
3.       Melambangkan gagasan yang di ekspresikan secara verbal.
4.       Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.

Makna Denotatif dan Konotatif
Makna denotatif adalah makna asli, makna asal atau makna sebenarnya yang dimiliki sebuah leksem. Contoh: Kata kurus, bermakna denotatif keadaan tubuhnya yang lebih kecil & ukuran badannya normal.  Makna konotatif adalah: makna lain yang ditambahkan pada makna denotatif tadi yang berhubungan dengan nilai rasa orang / kelompok orang yang menggunakan kata tersebut. Contoh: Kata kurus pada contoh di atas bermakna konotatif netral, artinya tidak memiliki nilai rasa yang mengenakkan, tetapi kata ramping bersinonim dengan kata kurus itu memiliki konotatif positif, nilai yang mengenakkan. Orang akan senang bila dikatakan ramping.

KALIMAT EFEKTIF

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan ataupun asimilasi bunyi ataupun proses fonologis lainnya.
Dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik(.), tanda tanya(?), atau tanda seru (!); semesntara itu, di dalamnya disertakan pula berbagai tanda baca seperti koma(,), titik dua(J, tanda pisah   (-), dan spasi. Tanda titik, tanya, dan seru, sepadan dengan intonasi akhir, sedangkan yang lain sepadan dengan jeda. Spasi yang mengikuti tanda titik, tanya dan seru melambangkan kesenyapan.  
Contoh:
1)     Hai Min!
2)     Hai.
3)     Parmin akan bermain ke Simpanglima.
Pola Kalimat Dasar
            1).     S - P                                   : Orang itu sedang tidur.
            2).     S – P – O                           : Rani mendapat hadiah.
            3).     S – P – Pel                        : Pancasila merupakan dasar negara kita.
            4).     S – P – K                           : Kami tinggal di Jakarta.
            5).     S – P – O – Pel                 : Dian mengambilkan adiknya air minum.
            6).     S – P – O – K                    : Dian mengambil air minum di dapur.
            7).     S – P – O – Pel – K          : Dian mengambilkan adiknya air minum di dapur.

Prinsip Kalimat Efektif:
Kalimat efektif memiliki prinsip-prinsip yang harus dipenuhi yaitu kesepadanan, kepararelan, kehematan kata, kecermatan, ketegasan, kepaduan dan kelogisan kalimat. Prinsip-prinsip kalimat efektif tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

A. Kesepadanan Struktur
Kespadanan adalah keseimbangan antara gagasan atau pemikiran dengan struktur bahasa yang dipakai dalam kalimat. Kesepadanan dalam kalimat ini diperlihatkan dengan adanya kesatuan gagasan dan kesatuan pikiran. Ciri-ciri kalimat yang memiliki kesepadanan struktur, yaitu:

1. Memiliki subjek dan predikat yang jelas
Contoh:
Bagi semua siswa kelas 2 harus mengikuti kegiatan study tour.       (Tidak efektif)
Semua siswa kelas 2 harus mengikuti kegaiatan study tour.              (Efektif)

Untuk menghindari ketidak jelasan subjek, hindarilah pemakaian kata depan (Preposisi) di depan Subjek.

2. Tidak memiliki subjek yang ganda di dalam kalimat tunggal.
Contoh:
Pembangunan Jalan itu kami dibantu oleh semua warga desa.                       (Tidak Efektif)
Dalam membangun jembatan itu, kami dibantu oleh semua warga desa.     (Efektif)

B. Kepararelan Bentuk
Kalimat efektif memiliki kesamaan bentuk kata yang digunakan di dalam kalimat. Yang dimaksud dengan kesamaan bentuk kata adalah jika kata pertama berbentuk verba, maka kata selanjutnya berbentuk verba. Namun, jika kata pertama berbentuk nomina, maka kata selanjutnya berbentuk nomina.
Contoh:
Langkah-langkah dalam menulis kalimat efektif adalah memahami, mengetahui, dan pengaplikasian definisi kaliamt efektif.       (Tidak efektif)
Langkah-langkah dalam menulis kalimat efektif adalah memahami, mengetahui, dan mengaplikasikan definisi kalimat efektif.          (Efektif)

C. Kehematan Kata
Kalimat efektif tidak menggunakan kata-kata atau frasa yang tidak perlu digunakan. Untuk menghindari pemborosan kata di dalam kalimat, hal yang harus diperhatikan adalah:

1. Menghindari unsur yang sama pada kalimat majemuk
Contoh:
Saya tidak suka buah apel dan saya tidak suka duren.        (Tidak efektif)
Saya tidak suka buah apel dan duren.                                    (Efektif)

2. Menghindari kesinoniman dalam kalimat
Contoh:
Saya hanya memiliki 3 buah buku saja.          (Tidak efektif)
Saya hanya memiliki 3 buah buku.                   (Efektif)

3. Menghindari penjamakan kata pada kata jamak
Para mahasiswa-mahasiswa berunjuk rasa di depan gedung rektorat.    (Tidak efektif)
Para mahasiswa berunjuk rasa di depan gedung rektorat.                          (Efektif)

D. Kecermatan
Yang dimaksud kecermatan adalah cermat dan tepat dalam memilih kata sehingga tidak menimbulkan kerancuan dan makna ganda.

Contoh:
Guru baru pergi ke ruang guru.            (Tidak efektif)
Guru yang baru pergi ke ruang guru.   (Efektif)

E. Ketegasan
Kalimat efektif memberikan penegasan kepada ide pokonya sehingga ide pokonya menonjol di dalam kalimat tersebut.  Berikut cara memberikan penegasan pada kalimat efektif.

1. Meletakan kata kunci di awal kalimat
Contoh:
Sudah saya baca buku itu.      (Tidak efektif)
Buku itu sudah saya baca.      (Efektif)

2. Mengurutkan kata secara bertahap.
Contoh:
Pertemuan itu dihadiri oleh menteri pendidikan, gubernur dan presiden.   (Tidak efektif)
Pertemuan itu dihadiri oleh presiden, menteri pendidikan dan gubernur.     (Efektif)

F. Kepaduan
Kalimat efektif memiliki kepaduan pernyataan sehingga informasi yang disampaikan tidak terpecah-pecah.

Contoh:
Budi membicaran tentang pengalaman liburannya.   (Tidak efektif)
Budi membicarak pengalaman liburannya.                   (Efekti)

G. Kelogisan
Ide kalimat dalam kaliamat efektif dapat diterima atau dimengerti oleh akal dan sesuai dengan kaidah EYD.
Contoh:
Waktu dan tempat kami persilahkan!     (Tidak efektif)
Bapak kepala sekolah kami persilahkan! (Efektif)

Beberapa jenis kesalahan dalam menyusun kalimat antara lain:

1.        Pleonastis
Pleonastis atau pleonasme adalah pemakaian kata yang mubazir (berlebihan), yang sebenarnya tidak perlu. Contoh-contoh kalimat yang mengandung kesalahan pleonastis antara lain:
    · Banyak tombol-tombol yang dapat Anda gunakan.

Kalimat ini seharusnya: Banyak tombol yang dapat Anda gunakan.
    · Kita harus saling tolong-menolong.
Kalimat ini seharusnya: Kita harus saling menolong, atau Kita seharusnya tolong-menolong.

2.  Kontaminasi

Contoh kalimat yang mengandung kesalahan kontaminasi dapat kita lihat pada kalimat berikut ini:

Fitur terbarunya Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.
Kalimat tersebut akan menjadi lebih efektif apabila akhiran –nya dihilangkan.
Fitur terbaru Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.

3. Salah pemilihan kata
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan pemilihan kata dapat kita lihat pada kalimat berikut ini:
Saya mengetahui kalau ia kecewa.
Seharusnya: Saya mengetahui bahwa ia kecewa.

4. Salah nalar
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan nalar dapat kita lihat pada kalimat berikut ini:
Bola gagal masuk gawang.
Seharusnya: Bola tidak masuk gawang.
Cara Menulis Kalimat Efektif

1.     Mengetahui Tujuan Tulisan
Suatu tulisan dibuat pasti dengan tujuan tertentu, misal: mendidik, membujuk, menyuruh, atau berbagi informasi. Bertanyalah pada diri sendiri: apa yang ingin dicapai oleh tulisan kita? Dengan mengetahui tujuan tulisan, kita dapat menyusun kalimat-kalimat yang mendukung pencapaian tujuan tersebut.
2.     Menentukan Gaya Penyampaian
Gaya penyampaian tidak berarti mempermanis pesan yang pahit. Kita bisa menanggapi keluhan secara efektif dengan cara menghilangkan kemarahan si pengeluh: “Kami memahami keluhan Anda. Kami meminta maaf atas ketidakpuasan Anda.” Kemudian sampaikan pendapat kita: “Kami menerima semua keluhan pelanggan kami secara sungguh-sungguh dan mencoba untuk menangani penyebab keluhan tersebut”. Pesan yang kita disampaikan akan lebih efektif jika kita menyampaikannya secara profesional.
3.     Menyampaikan Secara Positif
Menyampaikan gagasan secara positif memudahkan pembaca menangkap pesan yang ingin kita sampaikan. Menyampaikan pesan secara negatif memancing tanggapan negatif pula. Contoh penyampaian secara negatif: “Mustahil bagi saya untuk memenuhi tenggat waktu itu.” Alih-alih, sampaikan pesan secara positif, misal: “Mari kita bahas jadwal dan tenggat waktu yang dapat kita tepati bersama.”
4.     Mengukur Keluaran
Keefektifan tulisan dapat diukur dari keluarannya. Bertanyalah pada diri sendiri: bagaimana tanggapan pembaca terhadap pesan yang kita sampaikan? Jika tulisan kita efektif, pembaca akan memahami pesan yang kita sampaikan dan akan menjawab apa yang kita perlukan atau menerima penjelasan kita. Contoh, jika kita menulis tentang suatu produk terbaru dan kita menerima banyak permintaan akan penjelasan lebih lanjut, berarti tulisan kita tidak mampu mencapai tujuannya, yakni menjelaskan produk baru.

ALINEA/PARAGRAF

PENGERTIAN ALINEA
            Alinea adalah satuan bentuk bahasa yang biasanya merupakan hasil penggabungan beberapa kalimat. Alinea diperlukan untuk mengungkapkan ide yang lebih luas dari kalimat dari sudut pandang komposisi, alinea sebenarnya sudah memasuki kawasan wacana atau karangan sebab karangan formal yang sederhana boleh saja hanya terdiri atas satu alinea. Jadi, tanpa kemampuan menyusun alinea tidak mungkin bagi seseorang mewujudkan sebuah karangan.
Macam-Macam Alinea
Jenis paragraf menurut posisi kalimat topiknya
            Kalimat yang berisi gagasan utama paragraf adalah kalimat topik. Karena berisi gagasan utama itulah keberadaan kalmat topic dan letak posisinya dalam paragraf menjadi penting. Posisi kalimat topik di dalam paragraf yang akan memberi warna sendiri bagisebuah paragraf. Berdasarkan posisi kalimat topik, paragraf dapa dibedakan atas empat macam, yaitu : paragraf deduktif, paragraf induktif, paragraf deduktif-induktif, paragraf penuh kalimat topik.

A. Paragraf Deduktif
Paragraf yang letak kalimat pokoknya di tempat kan pada bagian awal paragraf , yaitu paragraf yang menyajikan pokok permasalahan terlebih dahulu, lalu menyusul uraian yang terinci mengenai permasalahan atau gagasan paragraf (urutan umum-khusus).

B. Paragraf Induktif
Bila kalimat pokok ditempatkan dipada akhir paragraf akan terbentuk paragraf induktif, yaitu paragraf yang menyajikan penjelasan terlebih dahulu,barulah diakhiri dengan pokok pembicaraan.

C. Paragraf Deduktif-Induktif
Bila kalimat pokok di tempatkan pada bagian awal dan akhir paragraf, terbentuklah paragraf deduktif-induktif. Kalimat pada akhir paragraf umumnya menjelaskan atau menegaskan kembali gagasan utama yang terdapat pada awal paragraf.

D. Paragraf penuh kalimat topik
Seluruh kalimat yang membangun paragraf sama pentingnya sehingga tidak satupun kalimat yang khusus menjadi kalimat topik. Kondisi seperti itu dapat atau biasa terjadi akibat sulitnya menentukan kalimat topic karena kalimat yang satu dan lainnya sama-sama penting. Paragraf semacam ini sering dijumpai dalam uraian-uraian bersifat dskriptif dan naratif terutama dalam karangan fiksi.

BAGIAN DARI ALINEA
Dalam sebuah karangan biasanya terdapat tiga macam paragraf jika dilihat dari segi jenisnya.

   1. Paragraf/Alinea Pembuka.
Paragraf ini merupakan pembuka atau pengantar untuk sampai pada segala pembicaraan yang akan menyusul kemudian. Paragraf pembuka harus dapat menarik minat dan perhatian pembaca, serta sanggup menghubungkan pikiran pembaca kepada masalah yang akan disajikan selanjutnya. Salah satu cara untuk menerik perhatian ini ialah dengna mengutip pertanyaan yang memberikan rangsangan dari para orang terkemuka atau orang yang terkenal. Sebagai awal sebuah karangan, paragraf pembuka harus mampu menjalankan fungsi:

1.       Menghantar pokok pembicaraan.
2.       Menarik minat dan perhatian pembaca.
3.       Menyiapkan atau menata pikiran pembaca untuk mengetahui isi seluruh karangan

  2.  Paragraf/Alinea Pengembangan
Paragraf pengembangan ialah paragraf yang terletak antara paragraf pembuka dan paragraf yang terakhir sekali di dalam bab atau anak bab. Paragraf ini mengembangkan pokok pembicaraan yang dirancang. Paragraf pengembangna mengemukakan inti persoalan yang akan dikemukakan. Satu paragraf dan paragraf lain harus memperlihatkan hubungan dengan cara ekspositoris, dengan cara deskriptif, dengan cara naratif, atau dengan cara argumentative yang akan dibicarakan pada halaman-halaman selanjutnya. Secara lebih rinci dapat dirumuskan bahwa fungsi paragraf pengembang di dalam karangan adalah:

a.       Mengemukakan inti persoalan.
b.      Mempersiapkan dasar atau landasan bagi kesimpulan.
c.       Meringkas alinea sebelumnya.
d.      Menjelaskan hal yang akan diuraikan pada paragraf berikutnya.

  3.  Paragraf/Alinea Penutup
Paragraf penutup adalah paragraf yang terdapat pada akhir karangan atau pada akhir suatu kesatuan yang lebih kecil di dalam karangan itu. Paragraf penutup berupa simpulan semua pembicaraan yang telah dipaparkan pada bagian-bagian sebelumnya. Karena paragraf ini dimaksudkan untuk mengakhiri karangan atau bagian karangan, penyajiannya harus memperhatikan hal berikut ini:

a.        Sebagai bagian penutup, paragraf ini tidak boleh terlalu panjang.
b.      Isi paragraf harus benar-benar merupakan penutup atau kesimpulan akhir sebagai cerminan inti seluruh uraian.
c.       Sebagai bagian paling akhir yang dibaca, hendaknya paragraf ini dapat menimbulkan kesan yang mendalam bagi pembacanya.

RANGKA PARAGRAF
Paragraf diklasifikasikan dalam dua jenis, yaitu kalimat topik dan kalimat penjelas atau kalimat pendukung. Kalimat topik adalah kalimat yang berisi ide pokok atau ide utama paragraf. Kalimat ini merupakan kalimat terpenting yang harus ada dalam setiap paragraf. Jika kalimat topik tidak ada dalam satu paragraf, berarti ide paragraf itu juga tidak ada. Ciri dari kalimat topik dan kalimat penjelas sebagai berikut.
 
 Ciri kalimat topik:
1.            Merupakan kalimat lengkap yang dapat berdiri sendiri.
2.            Mengandung permasalahn yang potensial untukdirinci dsn diuraikan lebih lanjut.
3.            Dapat dibentuk tanpa bantuan kata sambung atau penghubung/transisi.
4.            Mempunyai arti yang cukup jelas tanpa harus dihubungkan dengan kalimat lain dalam satu paragraf.

    Ciri kalimat penjelas:
1.            Pembentukannya sering memerlukan bantuan kata sambung atau frasa penghubung/transisi.
2.            Sering merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri (dari segi arti). Arti kalimat ini kadang-kadang baru jelas setelah dihubungkan dengan kalimat lain dalam satu paragraf.
3.            Isinya berupa rincian, keterangan, contoh dan data tambahan lain yang bersifat memperjelas (mendukung) kalimat topik.
                                            
                                         DAFTAR PUSTAKA
http://imstuff-it.blogspot.co.id/2014/10/diksi-atau-pemilihan-kata.html
http://teorikux.blogspot.co.id/2013/10/diksi-pilihan-kata.html
http://belajarberbudipekerti.blogspot.co.id/2015/04/makalah-bahasa-indonesia-tentang_30.html
http://www.kelasindonesia.com/2015/02/pengertian-kalimat-efektif-adalah-beserta-contoh-lengkap.html
https://tempekemulmanget2.wordpress.com/2011/03/08/kalimat-efektif/
http://nadaaviana95.blogspot.co.id/2014/11/paragraf-alinea.html
http://nadiaswahedi.blogspot.co.id/2014/12/alineaparagraf.html

Thursday, October 8, 2015

TUGAS BULAN 1 (Peran & Fungsi Bahasa Indonesia, Ragam Bahasa, EYD dan Tanda Baca)

MAKALAH

TUGAS 1
Peran & Fungsi Bahasa Indonesia
Ragam Bahasa
EYD dan Tanda Baca





Nama          :         Muhammad Ghifary
NPM :         15113939





UNIVERSITAS GUNADARMA
TAHUN 2015/2016

Kata Pengantar


Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Fungsi Dan Kedudukan Bahasa Indonesia ini dengan baik meskipun terdapat banyak kekurangannya didalam.
Makalah ini berisi tentang arti penting bahasa, fungsi bahasa secara umum dan lain-lain. Makalah ini kami sajikan secara ringkas, mudah dibaca serta mudah untuk dipahami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Fungsi Dan Kedudukan Bahasa Indonesia, kami juga menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki makalah kami dimasa depan.



Depok, Oktober 2015
                                                                                             Penyusun
              
                                                                                   
Muhammad Ghifary
PEMBAHASAN

ARTI PENTING BAHASA

Manusia tidak dapat lepas dari bahasa. Terbukti penggunaannya untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari, tentu ada peran bahasa untuk saling menyampaikan sebuah maksud. Tak hanya dalam bentuk lisan, tetapi bahasa juga digunakan dalam bentuk tulisan.
Pemikiran seseorang tentu lebih mendapat pengakuan ketika sudah “dituliskan” sehingga orang lain yang membaca mengetahui apa yang akan disampaikan oleh seorang penulis. Pada dasarnya semua kegiatan manusia sangat berkaitan dengan bahasa. Mulai dari bercakap-cakap dengan teman, kegiatan formal seperti sekolah, kuliah hingga dalam pekerjaan. Filsafat juga tidak lepas dari bahasa. Banyak orang filsuf justru mengawali pemikirannya dari problem sebuah bahasa. Selain itu, Bahasa ternyata tidak hanya mencakup bagaimana seseorang berkomunikasi dengan orang lain, tetapi juga dapat menjadi hal yang kompleks. Sebuah perjanjian antar negara juga menggunakan bahasa yang disepakati pihak-pihak yang terkait agar tercapai kesepakatan. Tanda-tanda yang hadir dalam kehidupan kita sehari-hari juga bagian dari bahasa. Contoh, rambu-rambu lalu lintas tentu akan sangat tidak efisien jika dituliskan dalam bentuk huruf.
Salah satu peranan bahasa yaitu sebagai alat komunikasi “lingual” manusia, baik secara lisan maupun tertulis. Ini adalah fungsi dasar bahasa yang tidak dihubungkan dengan status dan nilai-nilai sosial. Setelah dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari, yang di dalamnya selalu ada nilai-nilai dan status, bahasa tidak dapat ditinggalkan.

Fungsi Bahasa Secara Umum
Fungsi umum dari bahas yaitu sebagai alat komunikasi sosial. Aktivitas manusia sebagai anggota masyarakat sangat bergantung dengan penggunaan bahasa. Gagasan, ide, pikiran, harapan dan keinginan disalurkan melalui bahasa.
Selain fungsi bahasa diatas, bahasa merupakan tanda sosok kepribadian manusia. Dengan bahasa, maka kita bisa memahami karakter, keinginan, motif, latar belakang pendidikan, kehidupan sosial, pergaulan dan adat istiadat manusia.
Dapat disimpulkan fungsi bahasa sebagai berikut:

1.       Bahasa sebagai Alat Ekspresi Diri
Semenjak dilahirkan, seorang anak menggunakan bahasa untuk mengekspresikan
kehendaknya atau perasaannya pada sasaran yang tetap, yakni ayah-ibunya. Dalam perkembangan seorang anak, ia tidak lagi menggunakan bahasa hanya untuk mengekspresikan kehendak dirinya, tetapi juga untuk berkomunikasi dengan lingkungan sekitar. Setelah kita dewasa, kita menggunakan bahasa, baik untuk mengekspresikan diri maupun untuk berkomunikasi sosial.
Pada saat menggunakan bahasa sebagai alat untuk mengekspresikan diri, pemakai bahasa tidak perlu memperhatikan siapa yang menjadi pendengarnya atau pembacanya. Ia menggunakan bahasa untuk kepentingan dirinya. Fungsi tersebut berbeda dari fungsi berikutnya, yakni bahasa sebagai alat berkomunikasi.
            Unsur-unsur yang mendorong ekspresi diri yakni :
-         untuk menarik perhatian orang lain terhadap kita,
-         keinginan untuk membebaskan diri dari semua tekanan emosi

2.      Bahasa sebagai Alat Komunikasi
            Pada saat kita menggunakan bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi, kita sudah memiliki tujuan tertentu. Kita ingin agar oleh orang lain memahami apa yang kita maksud. Kita ingin menyampaikan gagasan yang dapat diterima oleh orang lain. Ingin membuat orang lain yakin terhadap pandangan kita, Ingin mempengaruhi orang lain. Dan yang lebih jauh, kita ingin orang lain membeli hasil pemikiran kita.
Bahasa sebagai alat ekspresi diri dan sebagai alat komunikasi sekaligus menjadi alat untuk menunjukkan identitas kita. Melalui bahasa, kita dapat menunjukkan asal usul bangsa dan negara kita, pendidikan, bahkan sifat kita.
3.      Bahasa sebagai Alat Integrasi dan Adaptasi Sosial
            Selain berfungsi untuk alat komunikasi, bahasa juga berfungsi sebagai alat integrasi dan adaptasi sosial. Pada saat kita beradaptasi terhadap lingkungan sosial, kita akan menggunakan bahasa yang akan digunakan tergantung pada situasi dan kondisi yang kita hadapi. Kita akan menggunakan bahasa yang berbeda pada orang yang berbeda. Pada saat kita bersama teman-teman, kita menggunakan bahasa nonstandar sedangkan pada orang tua maupun orang yang kita hormati, kita menggunakan bahasa standar.

4.      Bahasa sebagai Alat Kontrol Sosial
Sebagai alat kontrol sosial, bahasa sangatlah efektif. Kontrol sosial ini dapat diterapkan dalam diri kita sendiri maupun kepada masyarakat. Berbagai penerangan, informasi, maupun pendidikan disampaikan melalui bahasa. Buku-buku pelajaran dan buku-buku instruksi merupakan salah satu contoh penggunaan bahasa sebagai alat kontrol sosial.
Yang lebih jauh lagi, politik merupakan alat kontrol social juga. Serta iklan layanan masyarakat atau layanan sosial juga merupakan salah satu wujud penerapan bahasa sebagai alat kontrol sosial.

PERISTIWA PENTING PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA
Sejarah

Bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu, sebuah bahasa Austronesia yang digunakan sebagai lingua franca di Nusantara sejak abad-abad awal. Bentuk bahasa sehari-hari ini sering dinamakan dengan istilah Melayu Pasar. Jenis bahasa ini sangatlah lentur sebab sangat mudah dipahami dan ekspresif, dengan toleransi kesalahan yang amat besar dan mudah menyerap istilah lain dari berbagai bahasa yang digunakan oleh penggunanya.

Bentuk yang lebih resmi, disebut Melayu Tinggi, pada masa lalu bahasa tersebut digunakan oleh kalangan keluarga kerajaan di sekitar Sumatera, Malaya, dan Jawa. Bentuk bahasa ini sangat sulit karena penggunaannya sangat halus, penuh sindiran, dan tidak seekspresif Bahasa Melayu Pasar.

Pemerintah kolonial Belanda yang menganggap kelenturan Melayu Pasar mengancam keberadaan bahasa dan budaya Belanda berusaha meredamnya dengan mempromosikan Bahasa Melayu Tinggi, di antaranya dengan penerbitan karya sastra dalam Bahasa Melayu Tinggi oleh Balai Pustaka. Tetapi Bahasa Melayu Pasar sudah telanjur diterapkan oleh para pedagang yang melewati Indonesia.
Bahasa Indonesia
Bahasa Melayu di Indonesia kemudian digunakan sebagai lingua franca (bahasa pergaulan), namun pada saat itu belum banyak yang menggunakan ini sebagai bahasa ibu. Biasanya mereka masih digunakan bahasa daerah (yang jumlahnya bisa sampai sebanyak 360).

Awal penciptaan Bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa bermula dari Sumpah Pemuda. Di sana, pada Kongres Nasional kedua di Jakarta, dicanangkan penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional untuk negara Indonesia pascakemerdekaan. Soekarno tidak memilih bahasanya sendiri, Jawa (yang sebenarnya juga bahasa mayoritas pada saat itu), namun beliau memilih Bahasa Indonesia yang beliau dasarkan dari Bahasa Melayu yang dituturkan di Riau.
Peristiwa-peristiwa penting yang berkaitan dengan perkembangan bahasa Melayu/ Indonesia
1. Tahun 1908 pemerintah kolonial mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku bacaan yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat), kemudian tahun 1917 diubah namanya menjadi Balai Pustaka. Badan penerbit ini menerbitkan berbagai macam novel, seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun memelihara kesehatan, yang tidak sedikit membantu penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas.
2.Tanggal 16 Juni 1927 Jahja Datoek Kajo menggunakan bahasa Indonesia dalam pidatonya.
Hal ini untuk pertamakalinya dalam sidang Volksraad, seseorang berpidato menggunakan bahasa Indonesia.
3.Tanggal 28 Oktober 1928 secara resmi Muhammad Yamin mengusulkan agar bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan Indonesia.
4.Tahun 1933 berdiri sebuah angkatan sastrawan muda yang menamakan dirinya sebagai Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisyahbana.
5.Tahun 1936 Sutan Takdir Alisyahbana menyusun Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia.
6.Tanggal 25-28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo. Dari hasil kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan Indonesia saat itu.
7.Tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang-Undang Dasar 1945, yang salah satu pasalnya (Pasal 36) menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.
8.Tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan ejaan Republik sebagai pengganti ejaan Van Ophuijsen yang berlaku sebelumnya.
9.Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1954 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia II di Medan. Kongres ini merupakan perwujudan tekad bangsa Indonesia untuk terus-menerus menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat sebagai bahasa kebangsaan dan ditetapkan sebagai bahasa negara.
10.Tanggal 16 Agustus 1972 H. M. Soeharto, Presiden Republik Indonesia, meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) melalui pidato kenegaraan di hadapan sidang DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972.
11.Tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi berlaku di seluruh wilayah Indonesia (Wawasan Nusantara).
12.Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1978 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia III di Jakarta. Kongres yang diadakan dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda yang ke-50 ini selain memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan bahasa Indonesia sejak tahun 1928, juga berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.
13.Tanggal 21-26 November 1983 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia IV di Jakarta. Kongres ini diselenggarakan dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda yang ke-55. Dalam putusannya disebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan sehingga amanat yang tercantum di dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara, yang mewajibkan kepada semua warga negara Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, dapat tercapai semaksimal mungkin.
14.Tanggal 28 Oktober s.d 3 November 1988 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia V di Jakarta. Kongres ini dihadiri oleh kira-kira tujuh ratus pakar bahasa Indonesia dari seluruh Indonesia dan peserta tamu dari negara sahabat. Kongres itu ditandatangani dengan dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa kepada pencinta bahasa di Nusantara, yakni Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
15.Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1993 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VI di Jakarta. Pesertanya sebanyak 770 pakar bahasa dari Indonesia dan 53 peserta tamu dari mancanegara. Kongres mengusulkan agar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga Bahasa Indonesia, serta mengusulkan disusunnya Undang-Undang Bahasa Indonesia.
16.Tanggal 26-30 Oktober 1998 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VII di Hotel Indonesia, Jakarta. Kongres itu mengusulkan dibentuknya Badan Pertimbangan Bahasa.

 

KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA

1.      Sebagai Bahasa Nasional
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional diperoleh sejak awal kelahirannya, yaitu tanggal 28 Oktober 1928 dalam Sumpah Pemuda. Bahasa Indonesia dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional dan juga mempunyai fungsi sebagai. Lambang jati diri (identitas). Lambang kebanggaan bangsa serta sebagai alat penghubung antarbudaya dan antardaerah

2.      Sebagai Bahasa Resmi/Negara
Kedudukan bahasa Indonesia yang kedua adalah sebagai bahasa resmi/negara; kedudukan ini mempunyai dasar yuridis konstitusional, yakni Bab XV pasal 36 UUD 1945. Dalam kedudukannya sebagai bahasa resmi/negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai berikut. Bahasa resmi negara . Bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan. Bahasa resmi dalam perhubungan tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan.

FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN RAGAM BAHASA
Pengertian ragam bahasa
     Ragam bahasa adalah beraneka ragam bahasa yang cara pemakaianya berbeda-beda menurut topik yang akan dibicarakan menurut hubungan pembicara, kawan bicara, serta orang yang sedang dibicarakan.
Ada banyak hal yang dapat menyebabkan keragaman suatu bahasa, berikut penjelasannya :

1. Faktor Usia
Terlihat perbedaan antara cara bicara anak-anak kecil, para remaja, dan orang tua. Pada masa anak-anak masih terdapat tata bahasa yang berantakan, dan masih sangat sederhana. Pada remaja umumnya menggunakan bahasa gaul. Sedangkan pada orang dewasa tata bahasanya sudah lebih rapih dan sopan meskipun bahasa yang digunakan tidak formal.
2. Faktor Gender
Berdasarkan penelitian, diperoleh bahwa perbedaan gender (pria/wanita) dapat mempengaruhi perbedaan pada fonologis, gramatikal, dan sintaksis/morfologis bahasa. Contohnya ketika bapak-bapak berkumpul dan mulai berbincang di perbandingkan saat ibu-ibu yang berkumpul.
3. Faktor Tingkat Pendidikan
Misalnya, orang yang hanya mengenyam pendidikan hingga SD akan berbeda tata bahasanya dengan orang yang mengenyam pendidikan hingga sarjana, disebabkan oleh perbedaan pengetahuan serta wawasan yang dimiliki.

MACAM-MACAM RAGAM BAHASA

1.      Ragam bahasa sastra adalah aneka ragam bahasa yang banyak menggunakan kalimat tidak efektif. Penggambaran yang sejelas-jelasnya melalui rangkaian kata bermakna konotasi sering dipakai dalam ragam bahasa sastra. Hal ini dilakukan agar tercipta pencitraan di dalam imajinasi pembaca.
Ciri-ciri ragam bahasa sastra antara lain :
·                Menggunakan kalimat yang tidak efektif,
·                menggunakan kalimat yang tidak baku, dan
·                adanya rangkaian kata yang bermakna konotasi.


2.      Ragam bahasa ilmiah merupakan ragam bahasa berdasarkan pengelompokkan menurut jenis pemakaiannya dalam bidang kegiatan sesuai dengan sifat keilmuannya.4 Ragam bahasa ilmiah bisa juga diartikan sebagai sarana verbal yang efektif, efesien, baik, dan benar. Ragam tersebut lazim digunakan untuk mengomunikasikan proses kegiatan dan hasil penalaran ilmiah, contohnya dalam penulisan proposal kegiatan ilmiah, proposal penelitian

PENGGUNAAN BAHASA SESUAI DENGAN SITUASI DAN KONDISINYA

Penggunaaan bahasa yang benar adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa baku, baik kaidah bahasa baku tertulis ataupun bahasa baku lisan

EJAAN DAN KAIDAH TATA TULIS

1.1 Pengertian Tata Tulis (Ejaan)
Pengertian ejaan dapat kita tinjau dari dua segi, yaitu segi khusus dan segi umum. Ejaan dapat diartikan sebagai lambang bunyi bahasa dengan huruf, baik huruf demi huruf maupun berupa huruf yang telah menjadi kalimat dan sebagainya. Ada pengertian ejaan dari beberapa tokoh :
1.      Wirjosoedarmo (1984: 61) Berpendapat bahwa ejaan aturan menuliskan bunyi ucapan dalam bahasa dengan tanda-tanda atau lambang-lambang.
2.      Keraf (1984: 47) berpendapat bahwan ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana  menggambarkan lambang-larnbang bunyi-ujaran dan bagaimana inter-relasi antara lambang-lambang itu (pemisahannya, penggabungannya) dalam suatu bahasa.
1.2 Kaidah Tata Tulis
Kaidah bahasa merupakan sebuah aturan dalam pemakaian bahasa agar bahasa itu terpelihara dalam perkembangannya. Dalam berbahasa, kita wajib untuk mengikuti kaidah yang sudah ditentukan sehingga bahasa kita menjadi terpelihara, sesuai dengan kaidah.
Kaidah tata tulis terdiri dari :
-          Pemakaian huruf
-          Penulisan huruf
-          Penulisan kata
-          Pungtuasi (tanda baca)
PENGGUNAAN HURUF KAPITAL, HURUF MIRING, PEMENGGALAN KATA SECARA ORTOGRAFIS, PENULISAN KATA, ISTILAH, KATA DEPAN, DAN UNSUR SERAPAN, PENULISAN ANGKA DAN PENGGUNAAN TANDA BACA.
Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring
1.      Huruf Besar/Kapital
Huruf Kapital digunakan untuk :
a.       Sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. 
b.      Sebagai huruf pertama kata yang berkenaan dengan agama.
c.       Sebagai huruf pertama pada petikan langsung.
d.      Sebagai huruf pertama yang menyatakan gelar kehormatan , gelar keagamaan , gelar keturunan , yang diikuti dengan nama orang.
e.       Sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
f.       Sebagai huruf pertama kata yang menyatakan nama bangsa, nama suku, atau nama bahasa.
g.      Sebagai huruf pertama tahun, nama bulan, nama hari, nama hari raya, dan nama peristiwa sejarah.

2.      Huruf Miring

Huruf Miring dapat digunakan untuk :
a.       Menuliskan judul buku, nama majalah, dan nama surat kabar yang terdapat dalam teks.
b.      Menegaskan atau mengkhususkan huruf, kata, atau kelompok kata di dalam suatu teks.
c.       Menuliskan nama ilmiah, ungkapan, kata, atau istilah asing/daerah.

3.      Pemenggalan Kata Secara Ortografis

Pemenggalan kata dasar, baik kata Indonesia maupun kata serapan, yang dilakukan dengan berpegangan pada prinsip otografis.

Perinciannya adalah sebagai berikut:
Pemenggalan kata yang mengandung huruf-huruf vokal yang berurutan di tengahnya dilakukan di antara keda huruf vokal itu.
Contoh:
Bu.ah
Ma.in
Sa.at
i.de.al
ne.on
ka.ul
zo.o.lo.gi

4.      Istilah
Pengertian Istilah adalah kata atau gabungan kata yang cermat mengungkapkan sebuah makna, konsep proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu. Ada dua macam istilah: pertama istilah khusus dan yang kedua istilah umum. Istilah khusus adalah kata yang pemakaiannya serta maknanya terbatas pada suatu bidang tertentu, misalnya cakar ayam (bangunan), agregat (ekonomi); sedangkan istilah umum yaitu kata yang menjadi unsur bahasa umum. contohnya: ambil alih, kecerdasan, dan tepat guna merupakan istilah umum.

Tanda Baca & Penulisan Angka

A. Tanda Titik (.)

1.      Tanda titik dipakai pada akhir sebuah kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Contohnya:
Ayahku tinggal di Solo.
Biarlah mereka duduk di sana.

2.      Tanda titik dipakai di belakang angka maupun huruf dalam suatu bagan, daftar, serta ikhtisar.
Contohnya:
a. III. Departemen Pendidikan Nasional
A. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
B. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
1. Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini
2. ...
b. 1. Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik
2. Patokan Khusus
2.1 ...
2.2 ...

3.      Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
Contohnya:
pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1, 35 menit, 20 detik)
Catatan:
Penulisan waktu menggunakan angka dapat mengikuti salah satu cara berikut.
(a)    Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 12 dapat dilengkapi dengan keterangan pagi, siang, sore, atau malam.
Misalnya:
pukul 9.00 pagi
pukul 8.00 malam
(b)   Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 24 tidak memerlukan keterangan pagi, siang, atau malam.
Misalnya:
pukul 00.45
pukul 22.00

4.      Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu.
Contohnya:  
1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
0.0.30 jam (30 detik)
5.   Tanda titik dipakai pada daftar pustaka di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya maupun tanda seru, serta tempat terbit.
Misalnya:
Alwi, Hasan, Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, dan Anton Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka.

6.   Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan jumlah.
Contohnya:
Penduduk Jakarta lebih dari 11.000.000 orang.
Jumlah pengungsi itu 24.000 orang.
Catatan:
(a)    Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Dia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
(b)   Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Misalnya:
Acara Kunjungan Menteri Pendidikan Nasional
(c)    Tanda titik tidak dipakai di belakang (a) nama dan alamat penerima surat, (b) nama dan alamat pengirim surat, dan (c) di belakang tanggal surat.
Misalnya:

Yth. Kepala Kantor Jaringan Kabel
Jalan Menteng 39
Jakarta




Yth. Sdr. Moh. Yasin
Jalan Rahmad 52
Makassar
21 April 2008

B. Tanda Koma (,)
1. Tanda koma dipakai di antara unsur unsur dalam suatu perinciaan atau pembilangan.
Contohnya:
Saya membeli karton, plastik, dan pulpen.
Satu, dua, ... tiga!

2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan sebuah kalimat setara satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului dengan kata seperti sedangkan, kecuali, tetapi dan melainkan.
Contohnya:
Saya akan membeli buku-buku novel, tetapi kamu yang memilihnya.
Ini bukan jam saya, melainkan jam ayah saya.
Dia senang membaca novel, sedangkan adiknya suka membaca komik
Semua murid harus hadir, kecuali yang berada di luar kota.

3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Contohnya:
Agar memiliki wawasan yang luas, kita harus banyak membaca buku.

4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu.
Contohnya:
Murid itu rajin dan gigih. Oleh karena itu, dia memperoleh beasiswa belajar di luar negeri.

5.      Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seru, seperti o, wah, ya, aduh, dan kasihan, atau kata-kata yang digunakan sebagai sapaan, seperti Bu, Mas, atau Dik dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat.

Contohnya:
Wah, luar biasa!
Bu, kapan pulang?
Mengapa kamu diam, Dik?

6.      Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Contohnya:
Kata Ibu, "Saya gembira sekali."
"Saya gembira sekali," kata Ibu, "karena lulus ujian."

7.      Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
Contohnya:
"Di mana Saudara tinggal?" tanya Pak Guru.
"Masuk ke kelas sekarang!" perintahnya.

8.      Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Contohnya:
Sdr. Ronald, Jalan Pajajaran 16, Bandung
Dekan Fakultas Teknik, Universitas Padjajaran, Jalan Raya Bandung Sumedang Km. 21, Bandung
Surabaya, 10 Mei 1960
Tokyo, Jepang.

9.      Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Contohnya:
Sugono, Dendy. 2009. Mahir Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

10.  Tanda koma dipakai antara bagian dalam catatan kaki ataupun catatan akhir.
Contohnya:
Hilman, Hadikusuma, Ensiklopedi Hukum Adat dan Adat Budaya Indonesia (Bandung: Alumni, 1977), hlm. 12.

11.       Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Contohnya:
B. Ratulangi, S.E.
Ny. Khadijah, M.A.

12.  Tanda koma dipakai di muka angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Contohnya:
27,3 kg
Rp750,00

13.  Tanda koma dipakai untuk mengapit sebuah keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Contohnya:  
Dosen saya, Bu Nur, pintar sekali.

14.  Tanda koma dapat dipakai–untuk menghindari salah baca/salah pengertian–di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Contohnya:
Dalam pengembangan bahasa, kita dapat memanfaatkan bahasa-bahasa di kawasan nusantara ini.
Atas perhatian Saudara, kami ucapan terima kasih.
Bandingkan dengan:
Kita dapat memanfaatkan bahasa-bahasa di kawasan nusantara ini dalam
pengembangan kosakata.
Kami ucapkan terima kasih atas perhatian Saudara.

C. Tanda Titik Koma (;)

1. Tanda titik koma dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk setara.

Contohnya:
Hari sudah malam; anak anak masih membaca buku buku yang baru dibeli ayahnya.
Ayah mengurus tanaman di kebun; Ibu menulis makalah di ruang kerjanya;
2. Tanda titik koma digunakan untuk mengakhiri pernyataan perincian dalam kalimat yang berupa frasa atau kelompok kata. Dalam hubungan itu, sebelum perincian terakhir tidak perlu digunakan kata dan.
Contohnya:
Syarat syarat penerimaan pegawai negeri sipil di lembaga ini:
(1)        berkewarganegaraan Indonesia;
(2)        berijazah sarjana S1 sekurang-kurangnya;
(3)        berbadan sehat;
(4)        bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3. Tanda titik koma fungsinya untuk memisahkan dua kalimat setara atau lebih apabila unsur-unsur setiap bagian itu dipisah oleh tanda baca dan kata hubung.

Contohnya:
Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaos; pisang, apel, dan jeruk.
Agenda rapat ini meliputi pemilihan ketua, sekretaris, dan bendahara; penyusunan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan program kerja; pendataan anggota, dokumentasi, dan aset organisasi.

D. Tanda Titik Dua (:)
1.         Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti rangkaian atau pemberian.
Contohnya:
Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: meja, kursi, dan lemari.
Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan: hidup atau mati.
2.         Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
a.       Ketua        :          Budi Ramdan
b.      Sekretaris  :          Edgar
c.       Bendahara :          Vania Siregar


Berikut ini adalah beberapa teknik penulisan angka dalam bahasa Indonesia:

1. Penulisan angka ataupun bilangan dalam awal kalimat harus ditulis dalam bentuk kata. Jika kata yang menyebut angka tersebut melebihi dari dua kata, bilangan atau angka tersebut harus tetap ditulis dalam bentuk angka dengan cara pengubahan pada susunan kalimat. Contohnya seperti berikut:

Dua puluh tenaga kerja Indonesia (TKI) diberangkatkan ke Arab Saudi,
Ketua RW mengajak 235 orang warga bergotong-royong
Contoh kedua menunjukkan penulisan angka yang lebih dari tiga kata. Kalimat tersebut tidak boleh disusun dalam bentuk: “235 orang warga diajak kepala RW bergotong-royong”.

2. Bilangan dapat dinyatakan dalam kata kecuali menujukkan deret jumlah tertentu. Perhatikan contoh berikut ini:

Saya membeli dua buah buku
Ibu membawakan para tetangga lima ratus baju baru saat pulang haji
Saat pemilihan ketua RT, 20 suara dinyatakan tidak sah, 50 suara memilih Somat dan 60 suara lainnya memilih Jufri.
Rian menerima kiriman paket yang berisi 20 buku tulis, 35 pensil dan 20 rautan pensil.

DAFTAR PUSTAKA

http://ariefsukajaya.blogspot.co.id/2009/08/pentingnya-bahasa-dalam-kehdupan.html
https://idadwiw.wordpress.com/2012/10/07/pentingnya-bahasa-indonesia-dalam-kehidupan-bernegara/
http://nadaaviana95.blogspot.co.id/2014/09/fungsi-bahasa-secara-umum.html
http://www.pulsk.com/68888
http://myanotes.blogspot.co.id/2009/10/perkembangan-bahasa-indonesia.html
http://coretanwnh.blogspot.co.id/2013/09/sejarah-fungsi-dan-kedudukan-bahasa.html
http://yonagandys.blogspot.co.id/2012/10/ragam-bahasa.html
http://hanumskamyta.blogspot.co.id/2012/10/pengertian-dan-macam-macam-ragam-bahasa.html
http://www.academia.edu/9746007/TATA_TULIS_EJAAN_
http://tataaramadhani.blogspot.co.id/2011/04/ejaan-yang-disempurnakan-eyd.html
http://inndori.blogspot.co.id/2013/06/bahasa-indonesia-pemenggalan-kata.html

http://ridwanaz.com/umum/bahasa/pengertian-istilah/
http://ensiklo.com/2014/09/panduan-penulisan-angka-dalam-bahasa-indonesia/